Chapter 9 Part 2
Chapter 9 Part 2 : Saat-saat terakhir kami bersama
Berlatih
seorang diri di pegunungan kratis tanpa
di dampingi ayahnay selama seminggu ini dia berlatih sendiri di sana.
Seminggu
berlalu ...
Ke
esokan harinya kajki tidak beratih dia membantu kedua orang tuanya bekerja di
kedai makanan.
Erina
yang masih kecil di mana dia selalu bersama ibunya, membantu pekerjaan ibunya
di kedai.
“Kakak
akhirnya kau datang”
“Hehehehe
iya aku datang”
“Ibu
... aku ingin membantu ibu.. apa yang harus kulakukan”
Ibu
kajiki yang sedang berada di meja kasir.
“Hemmm
mungkin bantu ibu di dapur memasak beberapa menu makanan”
“Oke
baiklah”
“Ibu
aku juga ikut”
Akupun
menuju ke dapur dengan adikku untuk membantu ibu memasak hidangan pesanan kedai.
Mempersiapkan
hidangan makanan untuk pelanggan sedangkan ayahku sedang berbicara dengan
seorang laki-laki yang sering sekali mampir ke kedai dan mengobrol dengan
ayahku.
Sangat
akrab sekali dan seperti sudah kenal lama keduanya
Terdengar
sebuah ledakan besar dari arah pusat kota.
“Duuaaaarrrr”
Sebuah
ledakan besar yang sanagt keras sekali bunyinya
Hingga
membuat para orang di dalam berlari keluar kedai, aku dan ibu serta ayahku
menyusul untuk keluar kedai dan melihat apa yang terjadi.
Banyak
sekali orang-orang berlari meninggalkan rumah mereka, terhat banyak sekali
orang yang berlari dari arah barat menuju timur, berlari ketakutan seperti ada
hal berbahaya sedang terjadi.
Kami
sekeluarga yang keluar kedai dan berdiri tepat di depan kedai sambil
memperatikan orang-orang yang berlarian
Hingga
membuat ayahku bertanya kepada salah satu orang
“Hey
apa yang terjadi”
“Ada
kekacauan di pintu masuk hingga sampai pusat kota, terdapat banyak sekali orang
seperti pemberontak yang tak terkendali hingga mengacaukan seluruh kerajaan ini
bahkan sampai menumpahkan darah”
Selesai
memberi informasi kepada ayahku orang itu langsung bergegas berlari.
Terlihat
kepulan asap hitam yang terbang mengudara, kobaran api menghanguskan beberapa
rumah-rumah warga dan menuluh lantahkan
kerajaan Listina.
Dimana
di setiap hamparan tanah berlumuran
darah bercak-bercak darah berserakan menetes ke tanah akan hal kejam ini dan
suara teriakan minta tolong serta tangisan ketakutan terdengar di mana-mana.
Sekelompok
orang itu mengacangkan negeri ini.
Negeri
ini hancur seketika hingga kekacauan ini merambat sampai ke pusat kota kerajaan
Listina, kebakaran yang tak terhendarkan serta korban berjatuhan satu demi satu orang tumbang serta
tangisan orang-orang yang merasa ketakutan akan kejadian ini.
Sungguh
peristiwa yang kejam, sekelompok pembuat onar dan kekacauan ini mereka seperti
tak punya hati membunuh dan merampok seisi kota membuat kota kerajaan ini
hancur serta posisi kerajaan yang masih aman berkat adanya pasukan kerajaan dan
para komanda pemimpin pasukan yang berusaha melindungi kerajaan dan negeri ini.
Melihat
seisi kota yang sudah hancur hangus terbakar oleh kobaran api, membuat ayah
kajiki tak tinggal diam saja.
“Ayah
kau mau kemana”
Aku
memegang tanganya ketika ayahku ingin pergi.
“Tunggulah
kau di sini bersama ibumu dan adikmu dan lindungilah mereka denga apa yang
sudah kuajarkan ayah padamu”
Melihat
ayah kajiki ingin pergi akan hal ini mebuat ibu kajiki mencegahnya untuk pergi
“Tidakkk,,,
jika kau ingin kesana aku juga ikut denganmu”
“Tapi
kau harus di sini bersama mereka”
“Apapun
yang terjadi aku akan selalu bersamamu”
Sedikit
berdebat akan masalah ini
Bersikeras
menentang apa yang istrinya katakan hingga tak ada pilihan lagi selain
membawanya ikut bersamanya.
“Kau
boleh ikut bersamaku”
Hingga
kedua orang tuaku mengajak aku dan erina masuk kedalam kedai.
Ibuku
mengambil pedang yang dia letakkan di bawah meja kasir sedangkan ayahku pergi
keluar kedai tak tau kemana dia pergi.
Hingga
ayahku sampai kembali ke kedai dengan membawa pedang dengan ukiran yang sangat
indah sekali sebelumnya aku tidak pernah melihat ayah membawa pedang ini.
Mendekati
kedua anaknya dan berkata.
“Baiklah
kalian berdua, kajiki dan erina selagi ayah dan ibumu keluar kalian tetaplah di
sini dan selagi kekacauan di sini masih masih berlangsung jangan pergi keluar
dan janagn kemana-mana tetaplah di dalam kedai”
“Tapi
bu ...”
Ayahku
mendekat kepadaku dan sambil meliahat ke arahku
“Kajiki
dengarkan lah perkataan ibumu dan apapun yang terjadi kau jangan keluar dari
kedai ini tetaplah di sini bersama adikmu, kau juga yah erina selalu bersama
kakakmu jangan kemana-mana”
Sambil
memegang kepala erina dan mengelusnya.
“Dan
ingat perkataan apapun yang telah ayamu katakan selama ini dan selalulah apapun
yang terjadi lindungilah adikmu denga mempertaruhkan nyawamu jika itu harus kau
lakukan demi melindungi keluarga kita”
Menagis
apa yang ayah dan ibuku katakan kepada kami berdua dan kami berdua memegang
erat kedua tangan ayah dan ibu kami.
“Baiklah
ayah ibu, taoi janji kalian harus kembali dengan selamat sehingga kita bisa
berkumpul bersama kembali”
Mereka
berdua tersenyum akan hal ini dan memeluk kajki dan erina dengan erat.
“Yah
kami berjanji kami akan kembali dengan selamat dan berkumpul bersama kembali”
Akupun
tak tahan di mana ayah dan ibuku ingin pergi
dan menangis kencang erinapun sama dia menangis melihat ayah dan ibu
yang ingin pergi.
Akhirnya
ayah dan ibu kami bangun dan berdiri bergegas berlari keluar kedai dan menuju
area di mana kekacauan terjadi.
Akupun
berlari keluar melihat mereka pergi.
Melihat
ayahku dan ibuku yang sudah meninggalkan kami di kedai dan aku dan erina
melihatnya di depan kedai di mana kami sedang berdiri.
Sambil
berlari ayahku menengok ke arah belakang
“Ingat
lah perkataan ayahmu ini kajiki dan selalu kau inagt sampai kapanpun”
Terihat
ayahku tersenyum kepada kami.
Berlari
menuju ousat kekacauan yang sedang terjadi dan meninggalkan mereka berdua,
kesedihan yang begitu kurasakan saat ayah dan ibuku meninggalkanku untuk
bertarung demi negeri ini
Teruta
erina yang selalu menangis dengan kencangnya
“Ayahhh
ibuuu tetaplah bersama kami”
Teriak
memanggil ayah dan ibu dan menangis sedih
Di
mana banyak sekali korban berjatuhan tak terhitung jumlahnya keluarga kusanagi
ayah dan ibunya ikut bertarung beserta pasukan kerajaan yang di pimpin banyak
komandan pasukan kerajaan.
Pertarungan
yang dasyat yang tidak bisa di hindarkan antara pasukan kerajaan melawan para
pemberontak serta di kubuh musuh di mana seluruh musuh memiliki kekuatan tempur
elemen yang sanagt tinggi levelnya.
Akan
tetapi sosok dari pemimpin pemberontak penyerangan kerajaan Listina akhirnya
muncul.
Berdiri
di baris depan pasukannya hingga hal yang sungguh membuat semua orang terkejut
di kubuh pasukan kerajaan beserta ayah dan ibu kajiki di mana sosok pemimpin
pemberontak adalah pengguna elemen kegelapan yaitu elemen yang sangat langka
sekali akan kehadirannya dan di takuti
oleh banyak orang, tidak membuat nyali para pasiukan gentar akan hal ini mereka
semua berbalik menyerang pemberontak.
Melihat
pemimpin kelompok pemberontak muncul membuat ayah kajiki tidak diam saja menurutnya
sebuah kesempatan besar jika dia mampu mengalahkan pemimpin dari kelompok ini.
Mendekati
orang itu lalu menyerangnya secara langsung dengan sebuah pedang yang dia
genggam.
Benturan
pedang dan aura elemen yang hebat saling beradu akan kekuatan keduanya, terjadi
pertarungan hebat antara ayah kajki dengan pemimpin pasukan pemberontak.
Saling
mengayunkan pedang serta tebasan yang hebat dan hempasan kedua elemen, elemen
kegelapan melawan elemen ap.i
Selang
waktu tak begitu lama mereka bertarung di mana mengakibatkan seluruh yang ada
di sekitar area pertarungan menjadi hancur.
Mereka
berdua memiliki teknik pedang yang sama-sama hebat
Dengan
terkurasnya mana yang sangat besar akan menghadapi ayah kajiki membuat
pemberontak mencari cara agar bisa mengalahkannya.
Akan
tetapi si pemberontak dengan akal liciknya dan dia memalingkan pandangannya dan
menyerang ibu kajiki dengan serangan dari belakang yang tidak di ketahui
olehnya.
Ibu
kajki yang sedang membantu pasukan kerajaan melawan pasykan pemberontak.
Tak
tau akan hal itu dan akan hal ini ayah kajiki
menyadarinya dan mulai bergegas berlari sekuat tenaga untuk mencegah
serangan yang di lakukan pemberontak terhadap istrinya
Berteriak
keras kepada istrinya.
“Hanaaaaaa”
Ibu
kajiki melihat ke arah belakang membalikkan dirinya.
“Sringgggg”
Sebuah
tebasan mengenai seseorang.
“Cratttt”
Di
mana lumuran dara bertebaran di udara apa yang terjadi dan yang ibu kajki lihat
terdapat suaminya yang melindungi dia dari serangan ini.
Tertebasnya
pada bagian depan dengan sayatan pedang byang cukup dalam membuat darah
mengalir terus menerus dari tubuhnya hingga membuatnya lemas dan akhirnya
terjatuh.
Melihat
suaminya tertebas dan terluka cukup parah membuat ibu kajki histeris berteriak
kencang, mendekati suaminya lalu meletakkan kepalanya di pangkuannya, air mata
kesedihan tidak dapat bisa di hentikan
menangisi suaminya yang di mana berfikir betapa bodohnya diriku yang tak
bisa melindungi suaminya dan malah dia yang di lindungi oleh suaminya sendiri.
Dengan
pemikiran yang dratis dan menghiraukan di sekelilingnya.
Hanya berfokus kepada suaminya dengan duduk dan memangku suaminya di pahanya hingga dengan cepatnya.
membuatpemberontak berpindah dengan cepat lalu menusukkan pedangnya ke ibu kajiki dari belakang hingga tembus melewati tubuhnya.
Hanya berfokus kepada suaminya dengan duduk dan memangku suaminya di pahanya hingga dengan cepatnya.
membuatpemberontak berpindah dengan cepat lalu menusukkan pedangnya ke ibu kajiki dari belakang hingga tembus melewati tubuhnya.
“Uhuukkk”
Lumuran
darah menyelimuti sebagian tubuh mereka dengan luka tebasan dan tusukan yang
mereka alami.
Sedangkan
pemberontak sesudah menebaskan serangan kepada kedua orang kajki di kembali
ketempat semula di mana dia berdiri.
“Hahahahaha
betapa bodohnya kalian berdua”
Pemberontak
itu tertawa di atas penderitaan orang lain dengan akal liciknya yang membuat
kedua orang tua kajiki terkapar tak berdayah menahan rasa sakit.
Tidak
lama kemudian bala bantuan kerajaan akhirnya datang di mana terdapat saah satu
komandan high class.
Dengan
serangan berelemen angin dan listrik menyerang satu demi satu pasukan
pemberontak membuat mereka tumbang dan kalah.
“Cihhh
sial bala bantuan datang, akibat pertarungan yang ku alami tadi membuat
kapasitas manaku hampir habis, sialll tidak ada pilihan selain mundur”
Dengan
keadaan terdesak yang hambir kehabisan mana para pasukan pemberontak mundur
serta membawa hasil rampasanya.
“Mundur”
Merasa
sudah puas akhirnya mereka pergi meninggalkan kerajaan Listina.
Comments
Post a Comment