Chapter 9 Part 3
Chapter 9 Part 3 : Luka yang menyayat hati dan membekas
Di
suatu tempat di mana kajiki dan erina berada mereka sedang berada di kedai akan
tetapi ayah dan ibunya menyuruh dia untuk tetap di sini akhirnya kajiki
memberanikan diri untuk keluar kedai dan menyusul kedua orang tuanya.
“Kakak
kau mau kemana, apakah kau tidak mendengarkan perkataan ayah dani bu, kita
harus tetap berada di sini menunggu mereka”
“Mau
sampai berapa lama kita akan menunggu di sini aku akan pergi kesana dan kau
tetaplah di sini”
“Tidak
aku ikut dengan kakak”
“Tapiiii”
“Tidak
pokoknya aku harus ikut, kemanapun kakak pergi aku harus ikut”
Dengan
bersikeras ingin ikut dengaku yang ingin menyusul ayah dan ibu kami terpasksa
aku membawa erina bersamaku dengan
membawa pedang tumpul aku pergi menuju tempat lokasi kejadian.
membawa pedang tumpul aku pergi menuju tempat lokasi kejadian.
Di
tempat pertarungan yang diana pasukasn pemberontak mundur melarikan diri karena
tidak kuatnya lagi untuk melawan pasukan kerajaan.
Melarikan
diri keluar dari kerajaan Listina serta membawa rampasan.
Kusanagi
kajiki dan kusanagi erina berlari menuju tempat lokasi ayah dan ibunya
bertarung hingga akhirnya mereka sampai dimana lokasi ayah dan ibunya berada.
Betapa kagetnya mereka berdua ketika melihat ayah dan ibunya terkapar dengan lumuran darah di tubuhnya.
Betapa kagetnya mereka berdua ketika melihat ayah dan ibunya terkapar dengan lumuran darah di tubuhnya.
Melihat
hal ini kami langsung berlari mendekati ayah dan ibu kami hingga tak kuatnya aku
sampai meneteskan air mata.
Menghampiri
ke dua orang tua kami, erina yang menangis histeris.
kencang sekali sesampai di hadapan ibu dia langsung memeluk erat.
kencang sekali sesampai di hadapan ibu dia langsung memeluk erat.
Akupun
yang melihat ayahku terkapar tak berdaya di pangkuan ibuku dengan luka tebasan
yang sangat dalam membuat darahnya terus mengalir keluar tanpa henti.
“Ayahhhhh
kau baik-baik saja”
Aku
berdiri sambil menangis dengan ekspresi ketakutan dan tidak percaya hal ini
terjadi air mataku terus mengalir keluar tanpa henti.
“Ayah
ibuuu”
Memeluk
mereka dengan tangisan kesedihanku rasakan berusaha membangunkan ayahku tak
berdaya sedangkan erina selalu memanggil nama ibu ketika dia memeluknya.
Dengan
rasa menyesal dan kecewa aku terus rasakan
Kajiki
terus menangis
Hingga
tiba-tiba ayah dan ibu kami terbangun melihat ke arah kami dan masih bisa
bernafas hingga ayah dan ibuku menggerakkan tangannya mengarahkan ke kepala
kami memegang kepala kami lalu mengelusnya.
“Kajiki
kau anak yang nakalnyah, sudah ibu bilang tetaplah di sana bersama adikmu”
Sambil
menahan rasa sedih dan tetap bersikap teguh di hadapan kedua anaknya.
“Kajiki
ingatlah perkataan ibu jagalah dan lindungilah adikmu selalu dimanapun kapanpun
kau harus melindunginya”
Semakin
banyaknya lumuran darah menyimuti tubuh mereka menahan rasa sakit yang mereka
alami di saat-saat terakhir.
Terdapat
pedang di samping kanan ayah kajiki hingga dia mengambil pedang itu menggengam
dengan tangan kanannya sambil mengangkat pedang dan memberikannya ke kajiki
“Kajiki
terimalah ini ,,, akan kuserahkan harta warisan keluarga kusanagi ini untukmu,
pedang ini bernama kusanagi no tsurugi dan selalu lah jaga dan lindungilah
adikmu erina”
Memberikan
pedang kusanagi no tsurugi kepada kajki
Kajiki
menerima pedang tersebut sambil menangis
“Sudah
waktunya pedang ini kuwariskan kepadamu, pergunakanlah dengan benar pedang ini
jangan sampai kau salah menggunakanya”
“Ingatlah
lindungilah apa yang ingin kau lindungi maupun itu orang yang kau sayangi,
cintai dan berharga bagimu lindungilah semuanya dan jadilah kuat untuk membela
kebenaran dan menumpas kejahatan”
Di
sertai batuk darah karena luka yang mereka alami cukup parah membuat darah
mengair keluar terus menerus membuat nyawa mereka terancam
“Tapi ayah tanpa ayah di sisiku aku tidak akan menjadi kuat”
“Kau pasti bisa kajiki menjadi kuat sehingga kau bisa menggenggam seluruh kerajaan
ini dengan kedua tanganku, jadilah kuat sehingga bisa melampaui kekuatan ayah”
Ayahku
tersenyum kepadaku yang membuat tangisanku semakin tidak bisa di hentikan.
Sebelum
ayah dan ibu kami mengembuskan nafas terakhirnya mereka berdua menggengam erat
kedua tangan anaknya
“Ingatlah
kalian berdua tetaplah hidup dan jadilah kuat”
Tersenyum
lebar di hadapan kedua anaknya tetap bersiakap tegar dengan luka yang parah
yang membuat aliran darah terus keluar dari tubuh mereka berdua sehingga
membuat membuat nyawa mereka tak tertolong
Genggaman
tangan ayah dan ibu kami mulai terasa melemah hingga akhirnya terlepas membuat
ayah dan ibuku sudah tak sadarkan diri.
Kajiki
dan erina menangis dengan apa yang mereka berdua sadari telah kehilangan orang
yang sangat mereka sayangi dan palingberharga di hidup mereka.
Menangis
akan kepergian kedua orang tuanya yang telah meninggalkan mereka berdua,
melihat erina yang menangis sangat kencang sekali sambil memeluk ibunya
terlihat di sangat trauma akan kejadian yang dia lihat membuat dirinya
ketakutan.
Dengan
insiden yang mengerikan ini yang membuat bekas luka sayatan di hati mereka
berdua yang takkan pernah bisa di hilangkan.
kajiki bertekad untuk menjadi lebih kuat dan melampaui kekuatan sang ksatria pemberani yang di mana terdapat di dongeng, dengan pesan terakhir yang di sampaikan ayah dan ibuku dimana mereka harus tetap hidup dan jadilah kuat, aku akan bertekad menjadi lebih kuat lagi dan bisa melindungi keluargaku yang tersisa yaitu adikku, aku tidak ingin melihat orang yang aku sayangi dan cintai pergi meninggalkanku untuk kedua kalinya.
kajiki bertekad untuk menjadi lebih kuat dan melampaui kekuatan sang ksatria pemberani yang di mana terdapat di dongeng, dengan pesan terakhir yang di sampaikan ayah dan ibuku dimana mereka harus tetap hidup dan jadilah kuat, aku akan bertekad menjadi lebih kuat lagi dan bisa melindungi keluargaku yang tersisa yaitu adikku, aku tidak ingin melihat orang yang aku sayangi dan cintai pergi meninggalkanku untuk kedua kalinya.
Sebuah
tragedi mengerikan yang terjadi 10 tahun yang lalu dimana kedamaina hancur
seketika dalam sehari.
..
..
Comments
Post a Comment